Melalui IFMSA
(International Federation of Medical Student Association), saya berkesempatan
untuk melakukan pertukaran pelajar ke Clermont Ferrand, Perancis, yang
merupakan ibukota dari regio tersebut dan satu-satunya kota di yang memiliki
universitas kedokteran. Saya mendapat kontrak untuk belajar di departemen
Obstetry and Gynecology di CHU Estaing. Departemen Obstetry Geynoecology di CHU
Estaing merupakan salah satu yang terbaik di seluruh Perancis, dan mereka
sering mendapat pelajar dari negara lain sehingga komunikasi dan penerimaan
mahasiswa asing bukan hal yang baru. Semua civitas rumah sakit sangat hangat
dan ramah sehingga membuat suasana kegiatan di rumah sakit terasa menyenangkan.
Beberapa istilah
mengenai tingkatan pendidikan di Perancis: Extern
adalah mereka yang duduk di tahun ke 4, 5 dan 6. Dimana mereka harus
menghabiskan 6 minggu di rumah sakit, dan 6 minggu setelah berada di rumah
sakit mereka mengikuti kuliah dan kegiatan kampus lainnya (termasuk dengan
membahas kasus yang berada di rumah sakit). Hal ini berlangsung terus menerus
sampai seluruh departemen telah mereka lalui. Dalam hal ini, mereka bagaikan
koas di Indonesia, yang bedanya koas akan terus berada di RS tanpa harus
kembali ke universitas, dan koas tidak dibayar sedangkan extern dibayar. Intern adalah
mereka yang menjalankan pendidikan di jenjang spesialis, dan layaknya residen
di Indonesia.
Ada beberapa hal
yang saya perhatikan mengenai perbedaan sistem pendidikan di Perancis, yakni :
-Pakaian.
Professional
behaviour adalah sesuatu yang sangat dijunjung tinggi oleh kampus-kampus di
Indonesia, yang pakaian merupakan salah satu kriterianya. Mahasiswa Indonesia
tidak diperbolehkan menggunakan jeans dan celana pendek atau rok pendek, baju tanpa lengan, dan tidak diperbolehkan
menggunakan sendal. Hal ini saya anggap wajar karena dokter merupakan panutan
bagi pasien dan sudah seharusnya dan sewajarnya berpakaian rapi dan bersih dan
terlihat profesional. Namun, mahasiswa Perancis diperkenankan menggunakan itu
semua dengan catatan mereka menggunakan jas putih mereka diatas itu. Hal ini
cukup mencengangkan saya karena mereka tampak santai dengan balutan tersebut
yang ditutupi oleh jas putih kebesaran mereka. Namun hal ini membuat saya
tersadar bahwa culture yang mereka miliki sudah berbeda dan perspective
orang-orang mengenai hal ini pun sudah sangat berbeda. Dimana bumi dipijak
disitu langit dijunjung.
- Pembagian jadwal kedatangan extern
dan intern
Para extern akan
menyesuaikan kebutuhan akan kehadiran mereka di RS. Apabila yang dibutuhkan
hanya 2 extern dari 4 yang berjaga di departemen tersebut, maka mereka akan
bergantian dan yang lainnya memiliki hari kosong. Tidak seperti mahasiswa di
Indonesia yang mewajibkan semua koasnya untuk datang. Namun hal ini tentu
sangat berbeda karena pasien yang mereka miliki jauh lebih sedikit dari pasien
yang ada di Indonesia.
-Ujian masuk
kedokteran dan ujian Spesialis
Seluruh siswa di
Perancis berhak mengikuti ujian masuk kedokteran. Tahun pertama mereka akan
belajar hal yang dasar seperti biokimia, fisika, matematika dsb. Dan di tahun
berikutnya mereka akan mendapat hasil ujian yang ber-ranking. Hanya yang berada
di urutan 150an yang berhak melanjutkan studinya di kedokteran. Bagi mereka
yang gagal namun masih berada di ranking tertentu dapat melanjutkan studinya di
kedokteran gigi, atau kedokteran hewan atau keperawatan. Dan apabila mereka
menginginkan untuk mengulang, mereka diperbolehkan untuk mecoba 1 kali. Bila
mereka gagal maka mereka harus mengubah pilihan kuliah mereka.
Untuk program
spesialisasi, setelah tahun ke 6, mahasiswa akan menjalani ujian nasional untuk
berlomba-lomba mendapat ranking terbaik disana.
-Bahasa
Bahasa yang mereka
gunakan adalah bahasa Perancis, dengan text book berbahasa Perancis. Mereka
tidak terbiasa dengan bahasa Inggris dikarenakan hal tersebut dan sistem
pendidikan bahasa Inggris di Perancis memang dianggap kurang. Mereka tidak
terbiasa mendegar kata-kata bahasa Inggris, bahkan di bioskop, film Hollywood
pun di dubbing dengan bahasa mereka. Di bangku sekolah, mereka dapat memilih
bahasa kedua mereka , namun Inggris bukan bahasa yang dianggap wajib oleh
mereka.
-Agama
Rumah sakit di
Perancis memiliki suatu aturan bahwa petugas medis tidak diperbolehkan
menunjukan identitas keagamaan mereka seperti berjilbab atau menggunakan kalung
bersalib, dsb. Saya bersyukur berada di ruang operasi sehingga saya menggunakan
scrub untuk menutupi rambut saya. Saya pernah berada di ruang konsultasi dan
sang dokter berbaik hati mengizinkan saya berada disana tanpa harus melepaskan
hijab saya.
No comments:
Post a Comment